DongengBahasa Sunda Si Kabayan Ngala Nagka. Berikut ini adalah salah satu contoh Carita Pondok (carpon) tentang Si Kabayan dan artinya dalam bahasa sunda lemes (halus). Dina hiji mangsa, si Kabayan keur leleson bari
Contohdari cerita bijak yang terkenal adalah Ciung Wanara, cerita rakyat Sunda. Cerita ini menjelaskan asal usul nama Sungai Pamali dan asal hubungan Sunda dengan Jawa, di mana orang Sunda dianggap saudara kandung Jawa yang lebih tua karena tradisi panjang kerajaan. Dalam bahasa Jawa, hiu sering disebut sebagai Suro atau Sura. Sedangkan
Menuruttradisi lisan Sunda yang disebut pantun Sunda, dahulu kala Ciung Wanara adalah seorang raja yang memimpin kerajaan besar di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Sunda Galuh yang beribukota di Ciamis, Jawa Barat sekarang. Konon saat itu wilayah kerajaan Galuh membentang dari Hujung Kulon, ujung barat Pulau Jawa, hingga Hujung galuh, yang saat ini
Barangrék ngarontok, Ciung Wanara ngaleungit, Patih dua leungiteun. Ceuk Patih, "Duh Rai, tiwas, hayam urang paéh, budak leungit." Ceuk raina, "Keun baé, taksiran anak siluman." Patih tuluy ka Paséban. Urang tunda carita Patih nu dua. Urang balikan deui Léngsér. Geus indit ti nini sugih, jalanna ka alun-alun; prok tepang jeung Ciung Wanara.
Berpada ngudag, Ciung Wanara geus teu aya, nyumput ngadedempés. Puguh wé dua patih téh ambek murang-maring. Majar jelema sakitu lobana éléh ku budak buncir saurang. Kacaritakeun béja yén aya budak buncir boga hayam adu sakitu meunanganana geus dugi ka Kangjeng Raja Galih Pakuan. » Buku Siswa Mapel Bahasa Sunda SMA Kurikulum 2013
Kudidiambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit[rujukan?]. (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya: Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh serta Sang
CiungWanara; Daun Kelapa; Tanaman Rente; Rereng dalam bahasa Sunda berarti adalah Lereng atau Parang, ini merupakan adaptasi dari Batik Solo dan Yogyakarta. Demikian sedikit gambaran dan cerita mengenai Batik dari Ciamis. Bagikan di Facebook. Bagikan di Twitter. Bagikan di LinkedIn. 0 Komentar Untuk "Batik Ciamis" Post a Comment.
Yangpertama tentu saja Ciung Wanara, seorang pemuda yang memiliki watak pemberani, teguh berpendirian, dan cerdas. Selain itu, ia juga merupakan anak yang berbakti. Buktinya meski sudah bertemu keluarga kandungnya, ia tetap memboyong orang tua angkatnya untuk tinggal di istana. Kemudian, ada Raja Barma Kusuma Wijaya.
WHilY. -Legenda Ciung Wanara adalah cerita rakyat Sunda, yang sangat terkenal. Cerita rakyat ini tidak hanya terkenal di Jawa Barat saja melainkan di seluruh Ciung Wanara dipercaya sebagai cerita rakyat di zaman Kerajaan Sunda Galuh. Berikut ini Legenda Ciung Wanara. Legenda Ciung Wanara Di Desa Karangkamulyan terdapat sebuah kerajaan yan bernama Kerajaan Galuh dipimpin raja yang bijaksana bernama Adimulya Sanghiang Cipta Permana Dikusumah dengan permaisuri Dewi Naganingrum. Setelah beberapa tahun menikah, Dewi Naganingrum belum dikaruniai anak. Sementara, raja telah mengidam-idamkan memiliki anak untuk penerus tahtanya. Akhirnya, permaisuri meminta raja menikah lagi. Awalnya, raja menolak, namun ia menyanggupi permintaan permaisuri dengan syarat wanita tersebut harus pilihan permaisuri. Pilihan permaisuri jatuh pada Dewi Pangreyep selir. Perintah yang awalnya ditolak itu, akhirnya diterima Dewi Pangreyep. Dari pernikahan dengan baginda raja, Dewi Pangreyep hamil dan melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Hariang Banga. Baca juga Legenda Putri Lumimuut, Asal-usul Etnis Minahasa
[Historiana] - Ciung Wanara merupakan sebuah carita pantun. Dalain hasil penelitiannya, Eringa 1949 menyebut adanya lakon ini. Cerita Ciung Wanara dikenal luas di kalangan masyarakat Sunda. Penyebarannya yang sudah demikian lama secara lisan, memungkinkan terjadinya beberapa cerita yang berbeda. Pleyte 1922/1923 pernah menerbitkan sebuah teks cerita itu. Rusyana 1966 memetik teks "Caritana Ciung Wanara" dan Almanak Sunda 1923. Berdasarkan teks Pleyte itu Salmun 1938 menggubah cerita Ciung Wanara dalam bentuk wawacan. Di samping itu, ia memetik pula bagian awal teks itu dalam Kandaga Bacaan 1956 bunga rampai bacaan bagi murid-murid sekolah menengah. Sandiwara-sandiwara rakyat sering pula mementaskan lakon ini. Tahun 1939 perkumpulan kesenian Sekar Pakuan mementaskan lakon Ciung Wanara di Surakarta. Rosidi menggubah lakon pantun ini dalam bahasa Indonesia. Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda 1973 menerbitkan cerita pantun Ciung Wanara berdasarkan hasil rekaman Juru pantun Ki Subarma, dari Ciwidey, Kabupaten Bandung, Rekaman dari juru pantun Ki tjeng Tamadipura Situraja, Sumedang tidak dapat diterbitkan karena terdapat kerusakan pada sebagian rekaman. Seorang juru pantun lain yang biasa menuturkan lakon ini ialah Ki Enjum, dari Ujungberung, Kabupaten Bandung. Dalam menolak pendapat bahwa cerita-cerita pantun lahir mulai zaman Pajajaran, Rosidi 1966 antara lain menunjuk cerita pantun Ciung Wanara, yang menceritakan Kerajaan Galuh jauh sebelum Pajajaran. Kartini dkk. 1980 memilih lakon ini sebagai salah satu sampel dalam penelitiannya mengenai struktur cerita pantun. Rusyana 19663 memperkirakan cerita ini berasal dari masa kerajaan Galuh abad ke-8 hingga ke-13, dan sudah disebut juga dalam naskah Carjta Waruga Guru. Perbandingan atas jalan cerita dan nama-nama tokoh, menyimpulkan bahwa lakon ini banyak persamaannya dengan sebuah bagian dan Wawacan Sajarah Galuh, Carjos Wiwitan Raja-raja di Pulo Jawa, dan Sajarah Cijulang. Ringkasan cerita berikut ini berdasarkan edisi Pleyte. Negara Galih Pakuan masih sangat sedikit penghuninya, kebanyakan orang halus. Rajanya bernama Sang Permana di Kusumah, yang mempunyai permaisuri Pohaci Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Tersebut salah seorang pembesarnya, bernama Mantri Anom Aria Kebonan, yang sangat menginginkan kedudukan raja karena tampaknya demikian menyenangkan. Sang raja mengetahui hal itu maka kerajaan pun segera diserahkannya dengan perjanjian bahwa kedua permaisurinya jangan diganggu. Setelah penyerahan itu, ia tiba-tiba menghilang, yang sebenarnya ia pergi ke Gunung Padang. Di sana ia menjadi pendeta, dengan nama barn Ajar Suka Rasa Ajar Suka Resi. Raja baru, yang namanya berganti menjadi Raden Galuh Barma Wijaya Kusumah, ternyata berperangai buruk dan mabuk kekuasaan. Ajar Suka Rasa menjadi resah, apalagi ia belum beroleh anak dan kedua permaisurinya itu. Hyang Widi mengabulkan permohonannya, cahaya yang berkilau tampak turun berbelah, sebagian turun di hulu negeri dan masuk ke dalam diri Naganingrum, sebagian lagi turun di istana dan masuk ke dalam diri Dewi Pangrenyep. Naganingrum menghadap raja, menyampaikan pemberitahuan seorang pendeta yang datang kepadanya, yang mengatakan bahwa kedua permaisuri akan mempunyai anak laki-laki. Sang raja tidak mempercayai kebenaran ramalan itu dan meminta agar pendeta itu dipanggil. Kepada utusan yang datang, sang pendeta memberikan sebungkus bunga melati, kunir, dan sepotong bunga putih, untuk diserahkan kepada raja. la sendiri datang kemudian. Sang pendeta tetap pada ramalannya, Raja Galuh Barma Wijaya Kusumah tetap pula membohongkannya. Permaisuni Pohaci Naganingrum dan Dewi Pangrenyep memang dibuat seperti sedang mengandung, masing-masing dengan menggunakan bokor kencana dan kuali kencana. Sang raja bangkit marahnya, kakek-kakek itu berkali-kali ditusuk dengan curiga 'keris', tetapi tidak juga mati. Akhirnya, pendeta itu berpura-pura mati. Tubuhnya dilemparkan, yang kelak berubah menjadi Naga Wiru. Bokor kencana dan kuali kencana tiba-tiba terlepas dari perut kedua permaisuri, lalu dilemparkan, masing-masing jatuh di Gunung Padang dan tanah Kawali. Dengan bantuan dukun beranak Nini Marga Sari, Dewi Pangrenyep melahirkan bayi laki-laki, diberi nama Aria Banga. Pada saat Raja Barma Wijaya tertidur di pangkuan Naganingrum, terdengar suara dari kandungan permaisuri itu, yang mengatakan bahwa sang raja seorang yang kejam dan akan mendapat hukuman dari pendeta Ajar Suka Resa. Yaksa Mayuta menerangkan makna suara gaib itu kepada raja, sebagai pertanda buruk. Karena itu, ia menjadi benci kepada Naganingrum. Pesannya kepada Dewi Pangrenyep ialah agar bayi Naganingrum kelak dihanyutkan ke Sungai Citanduy. Pada hari Jumat, tanggal 14 Mulud tahun Alif, Naganingrum melahirkan. Ia ditolong oleh Dewi Pangrenyep, karena inang Sangklong Larang dan Timbak Larang tidak berhasil menemukan dukun beranak. Mata dan telinga Naganingrum ditutup dengan malam panas. Bayinya dimasukkan ke dalam sebuah kanagan 'sejenis peti' bersama sebutir telur, sedangkan tembuninya dibentuk seperti anak anjing. Kanagan itu lalu dihanyutkan ke Sungai Citanduy. Setelah melewati Jamban Larangan dan Ciawitali, kanagan itu tersangkut di Sapuangin. Di sana disambut oleh Raden Himun Hidayatullah, anak Nabi Sulaeman yang sedang bertapa di Bantengmati, yang menjelma menjadi seekor buaya putih. Ditepuknya permukaan air untuk menciptakan banjir. Kanagan itu pun lalu dijunjungnya sampai ke hilir Sipatahunan. Karena fitnah bahwa ia beranak anjing, Naganingrum hendak dibunuh. Tetapi, Lengser menyingkirkannya dan menyuruhnya bertapa. Di lubuk Sipatahunan, Aki dan Nini Balangantarng tidak berani mengangkat lukahnya karena sungai sedang banjir. Pada malam harinya mereka bermimpi, yang ditafsirkannya sebagai akan beroleh rezeki besar. Bayi yang tersangkut pada lukah itu ditemukan dan dimandikan oleh Aki dan Nini Balangantrang dengan air dari celah batu yang pecah karena hentakan kaki bayi itu, lalu dipeliharanya dengan baik. Anak itu kelak menciptakan kampung Babakan Geger Sunten, berburu dengan bersenjatakan sumpit, dan memiliki seekor ayam sabung yang berasal dari telur yang terdapat dalam kanagan hanyut itu. Telur itu ditetaskan oleh Naga Wiru di Gunung Padang. Di tengah hutan perburuan, Aki Balangantrang memberi tahu anak asuhannya bahwa kedua binatang yang dilihatnya itu adalah burung ciung 'tiung' dan wanara 'kera'. Nama itu kemudian dijadikan nama anak itu Ciung Wanara. Aki Balangantrang lalu memberitahukan pula, siapa orang tua Ciung Wanara yang sebenarnya. Pada saat berlangsungnya pesta sabung ayam yang diselenggarakan di ibu kota kerajaan, Ciung Wanara dan Aki Balangantrang datang pula untuk mencoba ayamnya. Kedatangan Ciung Wanara diketahui oleh Lengser. la segera maklum bahwa pendatang yang menyamar sebagai anak hitam buncit dan sebagai pemuda yang mengaku bernama Bagus Lengka, yang membawa seekor ayam sabung, dan yang bisa melewati gerbang kerajaan tanpa terlihat pengawal itu, sesungguhnya adalah anak Naganingrum. Persabungan dimulai. Taruhan dari pihak raja adalah setengah wilayah negara, sedangkan Ciung Wanara hanya bertaruhkan nyawanya. Berkat air Cibarani, ayam Clung Wanara dapat mengalahkan ayam sang raja. Raja Barma Wijaya lalu menyerahkan wilayah barat kerajannya kepada Clung Wanara, sedangkan bagian timur diserahkannya kepada Aria Banga. Lama-kelamaan Ciung Wanara sadar bahwa ia memperoleh kerajaan bukan sebagai warisan, melainkan sebagai petaruh bersabung ayam. Terbit niatnya membalas dendam kepada sang raja dan Dewi Pangrenyep. Ibu dan ayahnya rencana itu. Batara Trusnabawa, ayah Naganingrum, datang sambil membawa bahan penjara. Ki Gendu Mayak, seorang pandai besi, baru mau membuatkan penjara itu kalau raja diberi tahu lebih dulu. Ciung Wanara memenuhinya, dengan mengatakan bahwa penjara itu dibuat untuk menghukum orang yang berniat jahat kepada raja permaisurinya. Pada saat Raja Barma Wijaya dan Dewi Pangrenyep melihat-lihat penjara baru itu, Clung Wanara segera menguncinya dari luar. Akibat peristiwa itu terjadilah pertarungan sengit antara Ciung Wanara dengan Aria Banga. Aria Banga terlempar ke sebelah .timur. Ketika ia hendak menyerang kembali, terhalang sebuah sungai. Maka keputuskanlah bahwa peperangan dihentikan, sungai itu dijadikan batas wilayah kekuasaan mereka dan dinamai Sungai Cipamali sebagai larangan pamali berselisih dengan saudara. Dari Cipamali ke timur, yang dinamai tanah Jawa Kajawan Kaprabon dikuasai Aria Banga. la kemudian menuju Majapahit. Dari Cipamali ke barat, sampai Palembang, yang dinamai Tanah Sunda, dikuasai Ciung Wanara yang kemudian pergi menuju Pajajaran. Sebelum berangkat, ia melemparkan penjara besinya, yang kemudian jatuh di Kandangwesi. Sumber Ensiklopedi Sastra Sunda Kemendikbud
Perhatian! materi ini diterjemahkan oleh mesin penterjemah google translate tanpa adanya post editting, sehingga ketepatan dalam terjemahan masih buruk dan perlu dikembangkan dari fitur terjemahan ini untuk pengunjung yang kesulitan memahami materi dan tidak sama sekali mengerti bahasa Sunda atau teman-teman pelajar dari luar Jawa Barat yang sedang belajar bahasa Sunda, fitur terjemahan ini bisa digunakan namun tidak 100% akurat, akan tetapi garis besarnya bisa diambil, daripada tidak mengerti mudah-mudahan admin punya waktu sehingga bisa mengoptimalkan fitur terjemahannya sendiri, dengan begitu pengunjung bisa mempelajari materi dalam bahasa Indonesia. A. PENGERTIAN MATERI DRAMA BAHASA SUNDA Terkadang istilah drama selalu tertanam dan isti adalah teater. Tapi sebenarnya kedua istilah itu mengacu pada arti yang berbeda, meskipun dalam panas saya akan mengacu pada seni pertunjukan atau seni pertunjukan pertunjukan. Istilah drama, aslinya dari bahasa Yunani, dramoi, berarti niru-niru. Jadi lagi-lagi teater, berasal dari bahasa yunani, teatron, artinya tempat ibadah dan terletak di tengah alun-alun arena. Ada istilah lain untuk drama, berasal dari bahasa Jawa, sandi rahasia, wara h, yang berarti pendidikan atau pendidikan. Artinya lakon adalah ajaran yang disampaikan secara samar-samar atau disalibkan rahasia Cerita drama Ari adalah suatu karya sastra yang memainkan suatu cerita atau lakon melalui dialog, dimaksudkan untuk dibawakan oleh para aktor actor dalam pementasannya. Pada awal wacana, biasanya saya menguraikan terlebih dahulu aktor-aktornya, karakternya, umurnya, dan juga menggambarkan latar belakangnya, bagaimana situasi di atas panggung, ilustrasi musik, dan lain sebagainya. Dilihat dari bentuknya, drama dapat dipasangkan menjadi bentuk yang halus dan bentuk yang ritmis. Drama adalah suatu bentuk kefasihan yang dibaca atau diucapkan dalam irama bahasa yang fasih, kadang-kadang bahkan jika itu dirancang. Contoh Dakwaan 1954, Bubat 1955, dan Jalan Lempeng oleh RAF, Cahaya Maratan Waja 1964, Tukang Polkan 1966, Ngadagoan Si Jabang 1968, dan Jalan Batu nu Ngahalangan 1987 oleh Yus Rusyana, Jste Ada drama yang disebut gending karesmen, karena dialog atau monolognya selalu dibawakan. Biasanya ditulis dalam bentuk sindiran, kawih, lagu, pupuh, pujian, dll. Mang Koko, sempat menyebut istilah dramaswara untuk gending karesmen itu. DRAMA SUNDA CIUNG WANARA KISAH DUA PATIH SAKEMBARAN, PATIH PURAWESI DAN PURAGADING, SELAIN GEREJA, BAWANA HAYAM SAHIJI, RAPAT DI KOTAK DAN CIUNG WANARA Ciung Wanara “Mau kemana paman, bertaruh kalian berdua berenang?”Duke “Apakah kamu berani mengatakan paman? Kapan aing patatih? ”Ciung Wanara “Disebut tidak berguna dengan sukarela. Namanya paman mumul. ”Duke “Apakah Anda punya anak?”Ciung Wanara “Anak Ayah.”Duke “Siapa ayahmu lagi?”Ciung Wanara “Suami ibu.”Duke “Siapa ibumu?”Ciung Wanara “Kapan istri Ayah.” PATIH DUAAN SALEUSEURIAN, MENDENGARKAN KATA-KATA CIUNG WANARA KEMUDIAN MENUTUP AYAM. Duke “Di mana Anda membawa ayam, mana yang terbaik?”Ciung Wanara “Sayangnya keturunan, berasal dari ibu ayah, berasal dari telur.”Patih “Saya malas dan saya punya perjanjian jamak, Bu!”Ciung Wanara “Baiklah, ekornya.”Patih “Ash.”Ciung Wanara “Ih, abong-abong mah songong.” PATIH MENGUNDANG AYAM KELUHAN SAAT MEMBEBASKAN AYAM DARI KISA. CIUNG WANARA JUGA Lepaskan AYAMNYA. GER BAÉ DIADU. KISAH AYAM MATI. KEDUA KEMATIAN ITU MERAH. CIUNG WANARA Hilang, MENINGGALKAN TEMPAT ITU. Patih Purawesi “Duh Rai, dibunuh, ayam kita mati, anak Puragading “Maaf, penilaian anak tidak terlihat. DUA KEMATIAN LALU ARINDIT MENINGGALKAN TEMPATNYA UNTUK DATANG. KACARITAKEUN LENGSENG DAN CIUNG WANARA Ciung Wanara “Mau pergi kemana, Uwa?Lengser “Mau ke Paseban ikut Uwa?”Ciung Wanara “Waduk tidak familiar.”Slide “Tidak biasa dengan saya.”Ciung Wanara “Ya, saya tidak tahu, saya akan segera bertemu dengan Anda.” LENGTHEN PERGI KE PASABAN, DIIKUTI CIUNG WANARA. CERITA HINGGA PENYEBABNYA. Lengser “Wow, dari mana asalmu?”Ciung Wanara “Saat reruntuhan dari desa, Uwa adalah sayanama Ciung Wanara, putra Nini Balangantrang – Aki Balangantrang. “Lengser “Terima kasih banyak bos, saya mengerti Uwa.”Ciung Wanara “Siapa rumah Uwa?”Lengser “Ih, Asep, ini bukan pekerjaanku.”Ciung Wanara “Apa hari-hari suku bermata empat?”Slope “Kursi gading bertabur berlian.”Ciung Wanara “Perangkat apa?”Lengser “Perangkat duduk di atas raja.”Ciung Wanara “Bagaimana jika saya bertanya?”Slide “Jangan kasus doraka.” CIUNG WANARA TIDAK MENGGANGGU SPEAKER TERSESAT. GEK WAI CIUNG WANARA DUDUK DI KURSI. TAPI KURSI YANG DUDUK DIHANCUR, KARENA TIDAK KUAT DENGAN BERAT WANARA BERAT. TINJAU PANJANG. Slide “Oh, Agan, terbunuh, tentu saja kita dirugikan, tersedot oleh itupunya! “ CIUNG WANARA HILANG DARI SEUSEURIAN, MANI NGAGAKGAK. Ciung Wanara “Alat apa itu?”Lengser “Tempat tidur, terkadang digunakan oleh tempat tidur raja.” CIUNG WANARA LANJUTKAN SAMPAI DENGAN BED BED. TAPI SEKARANG SAYA TIDAK INGIN PERGI. KONFERENSI CIUNG WANARA DAN LENGGESERR SUDAH DI GEREJA SEBELUM RATU GALUH. Ratu Galuh “Dimana kita?”Ciung Wanara “Saya Geger Sunten.”Ratu Galuh “Siapa namanya?”Ciung Wanara “Saya Ciung Wanara.”Ratu Galuh “Untuk apa kamu datang ke sini?”Ciung Wanara “Sineja ingin menawarkan lubang ayam, tapi dengan yang lebih buruk.”Ratu Galuh “Mana ayamnya?” AYAM DIPERLIHATKAN KE RATU GALUH. RATU GALUH MARIOS HAYAM ADUNA CIUNG WANARA. Ratu Galuh “Dari mana ayam ini berasal?”Ciung Wanara “Ya, ya Tuhan, ayam-ayam saya adalah keturunan sayangnya, ibu dari bapak, bapak ayam, melahirkan setahun, sayang harus kanagan.”Ratu Galuh “Payung ayam adalah taruhan yang bagus.” KETIKA DEWI PANGRENYEP INGIN PERGI. Dewi Pangrenyep “Hai Lengser, ingatlah selalu nanang Naganingrum, bahasa untuk saat ini. Hari ini yang disingkirkan kembali ke depan Ratu. Saya lebih takut. “Lengser “Dipotong untuk bekerja takut, karena ini punya ibu. Sekarang saya langsung dengan deskripsinya. “Dewi Pangrenyep “Kalau begitu Lengser, saya pikir dulu.” RATU TERIMA KASIH UNTUK CIUNG WANARA Ciung Wanara “Saya tidak membantu tumpang tindih, hanya ingin memperpanjang umur.”Ratu Galuh “Akan lebih baik bagiku untuk tetap di masa tuaku, bahayanya adalah dari negeri pedang.”Ciung Wanara “Tolong jangan heboh siang, malam akan menemanimu.”Ratu Galuh “Ayo berkemas!” berat kedua penguasa. “ AYAM DIBAWAH. ITU TIDAK ADA YANG SALAH. WANI SARUA DAÉKNA. AYAM PRAK BAE ABAR. SILIHPACOK KU PAMATUK. SILIHGITIK KU JANGJANGNA. SILIHPEUPEUH KU SUKUNA. AYAM YANG SAMA BERBEDA. PANJANG HAYAM CIUNG WANARA KADÉSÉH. AYAM ADALAH SEBUAH KEMATIAN. AYAM SELESAI. LALU AYAM DIBAWAH LAGI. JADI NAGA WIRU DATANG DARI GUNUNG PADANG MENCARI AYAM CIUNG WANARA. AKHIRNYA AYAM CIUNG WANARA DAPAT MEMBUNUH AYAM ARIA BANGA. Diperbarui dari Literary Explorers, 71-78 Siapa nama kedua penguasa itu?Apa alasan kedua penguasa itu bertaruh seolah-olah sedang marah ketika ditanya oleh Ciung Wanara?Minta salah satu dari dua penguasa itu ke Ciung Wanara?Siapakah nama orang tua Ciung Wanara?Apa jawaban Ciung Wanara saat kedua penguasa itu bertanya tentang ayamnya?Mengapa Ciung Wanara enggan berbicara dengan Ki Lengser?Bolehkah Ki Lengser ketika Ciung Wanara ingin duduk di kursi gading, apa jawaban Ki Lengser?Darimana kita berasal?Apa yang diputuskan oleh Ciung Wanara saat menunggangi seekor ayam dan Ratu Galuh?Hari apa Ratu Galuh diangkat?